Rabu, 12 Maret 2014

Lebih jauh tentang teknologi sensor di kamera digital



Salah satu aspek yang dilihat saat menilai kualitas kamera digital adalah sensornya. Kita tahu sensor pada kamera digital adalah rangkaian peka cahaya, tempat gambar dibentuk dan dirubah menjadi sinyal data. Tidak semua kamera digital punya ukuran sensor yang sama. Sesuai bentuknya, kamera digital yang kecil umumnya pakai sensor yang juga kecil, sedangkan kamera mirrorless dan DSLR memakai sensor yang lebih besar. Sensor dengan luas penampang sama dengan ukuran film 35mm disebut sensor full frame. 
Mengapa penting untuk mengenal ukuran sensor di kamera digital? Karena ukuran sensor berkaitan dengan kemampuan menangkap cahaya dan menentukan bagus tidaknya hasil foto yang diambil. Sekeping sensor pada dasarnya merupakan sekumpulan piksel yang peka cahaya, saat ini umumnya sekeping sensor punya 10 juta piksel bahkan lebih. Makin banyak piksel, makin detil foto yang bisa direkam. Tapi saat bicara kualitas hasil foto, kita perlu mencari lebih jauh info ukuran sensornya, bukan sekedar berapa juta pikselnya saja.

Megapiksel, atau resolusi sensor, saat ini seperti jadi cara efektif untuk marketing. Maka itu ponsel berkamera pun dibuat punya sensor yang megapikselnya tinggi. Pun demikian dengan kamera saku sampai kamera canggih, semua berlomba menjual ‘megapiksel’ ini. Bayangkan sensor kecil yang dijejali piksel begitu banyak, seperti apa rapat dan sempitnya piksel-piksel itu berhimpit? Dibawah ini adalah contoh ilustrasi ukuran sensor, dua di sebelah kiri (yang berwarna merah) adalah mewakili sensor kecil, umumnya ditemui di kamera saku. Sensor kecil memang murah dalam hal biaya produksi, dan bisa membuat bentuk kamera jadi sangat kecil.


Di sisi lain, ukuran sensor yang lebih besar memang lebih mahal dan kamera/lensanya jadi lebih besar. Tapi keuntungannya dengan luas penampang yang lebih besar, tiap piksel punya ukuran yang lebih besar dan mampu menangkap cahaya dengan lebih baik. Maka itu saat kondisi kurang cahaya, dimana kamera tentu akan menaikkan ISO (kepekaan sensor), yang terjadi adalah hasil foto dari kamera dengan sensor besar punya hasil foto yang lebih baik. Sedangkan di ISO tinggi, kamera sensor kecil akan dipenuhi bercak noise yang mengganggu. Noise ini oleh kamera modern dicoba untuk dikurangi secara otomatis (lewat prosesor kamera) namun yang terjadi hasil fotonya jadi tidak natural seperti lukisan cat air.

Sensor CMOS vs sensor CCD
Perbedaan utama desain CMOS dan CCD adalah pada sirkuit digitalnya. Setiap piksel pada sensor CMOS sudah memakai sistem chip yang langsung mengkonversi tegangan menjadi data, sementara piksel-piksel pada sensor CCD hanya berupa photodioda yang mengeluarkan sinyal analog (sehingga perlu rangkaian terpisah untuk merubah dari analog ke digital/ADC). Anda mungkin penasaran mengapa banyak produsen yang kini beralih ke sensor CMOS, padahal secara hasil foto sensor CCD juga sudah memenuhi standar. Alasan utamanya menurut saya adalah soal kepraktisan, dimana sekeping sensor CMOS sudah mampu memberi keluaran data digital siap olah sehingga meniadakan biaya untuk membuat rangkaian ADC.

Selain itu sensor CMOS juga punya kemampuan untuk diajak bekerja cepat yaitu sanggup mengambil banyak foto dalam waktu satu detik. Ini tentu menguntungkan bagi produsen yang ingin menjual fitur high speed burst. Faktor lain yang juga perlu dicatat adalah sensor CMOS lebih hemat energi sehingga pemakaian baterai lebih awet. Maka itu tak heran kini semakin banyak kamera digital (DSLR maupun kamera saku) yang akhirnya beralih ke sensor CMOS. Adapun soal kemampuan sensor CMOS dalam ISO tinggi pada dasarnya tak berbeda dengan sensor CCD dimana noise yang ditimbulkan juga linier dengan kenaikan ISO. Kalau ada klaim sensor CMOS lebih aman dari noise maka itu hanya kecerdikan produsen dalam mengatur noise reduction.

Cara sensor ‘menangkap’ warna

Sensor gambar pada dasarnya merupakan perpaduan dari chip peka cahaya (untuk mendapat informasi terang gelap) dan filter warna (untuk merekam warna seakurat mungkin). Di era fotografi film, pada sebuah roll film terdapat tiga lapis emulsi yang peka terhadap warna merah (Red), hijau (Green) dan biru (Blue). Di era digital, sensor kamera memiliki bermacam variasi desain teknologi filter warna tergantung produsennya dan harga sensornya. Cara kerja filter warna cukup simpel, misal seberkas cahaya polikromatik (multi warna) melalui filter merah, maka warna apapun selain warna merah tidak bisa lolos melewati filter itu. Dengan begitu sensor hanya akan menghasilkan warna merah saja. Untuk mewujudkan jutaan kombinasi warna seperti keadaan aslinya, cukup memakai tiga warna filter yaitu RGB (sama seperti film) dan pencampuran dari ketiga warna komplementer itu bisa menghasilkan aneka warna yang sangat banyak. Hal yang sama kita bisa jumpai juga di layar LCD seperti komputer atau ponsel yang tersusun dari piksel RGB.

Bayer CFA
Sesuai nama penemunya yaitu Bryce Bayer, seorang  ilmuwan dari Kodak pertama kali memperkenalkan teknik ini di tahun 1970. Sensor dengan desain Bayer Color Filter Array (CFA) termasuk sensor paling banyak dipakai di kamera digital hingga saat ini. Keuntungan desain sensor Bayer adalah desain mosaik filter warna yang simpel cukup satu lapis, namun sudah mencakup tiga elemen warna dasar yaitu RGB (lihat ilustrasi di atas). Kerugiannya adalah setiap satu piksel pada dasarnya hanya ‘melihat’ satu warna, maka untuk bisa menampilkan warna yang sebenarnya perlu dilakukan teknik color sampling dengan perhitungan rumit berupa interpolasi (demosaicing). Perhatikan ilustrasi mosaik piksel di bawah ini, ternyata filter warna hijau punya jumlah yang lebih banyak dibanding warna merah dan biru. Hal ini dibuat mengikuti sifat mata manusia yang lebih peka terhadap warna hijau.

Kekurangan sensor Bayer yang paling disayangkan adalah hasil foto yang didapat dengan cara interpolasi tidak bisa menampilkan warna sebaik aslinya. Selain itu kerap terjadi moire pada saat sensor menangkap pola garis yang rapat seperti motif di kemeja atau pada bangunan. Cara termudah mengurangi moire adalah dengan memasang filter low pass yang bersifat anti aliasing, yang membuat ketajaman foto sedikit menurun.

Sensor X Trans
Sensor dengan nama X Trans dikembangkan secara ekslusif oleh Fujifilm, dan digunakan pada beberapa kamera kelas atas Fuji seperti X-E2 dan X-T1. Desain filter warna di sensor X Trans merupakan pengembangan dari desain Bayer yang punya kesamaan bahwa setiap piksel hanya bisa melihat satu warna. Bedanya, Fuji menata ulang susunan filter warna RGBnya. Bila pada desain Bayer kita menemui dua piksel hijau, satu merah dan satu biru pada grid 2×2, maka di sensor X Trans kita akan menemui pola grid 6×6 yang berulang. Nama X trans sepertinya diambil dari susunan piksel hijau dalam grid 6×6 yang membentuk huruf X seperti contoh di bawah ini.


Fuji mengklaim beberapa keunggulan desain X Trans seperti :
  • tidak perlu filter low pass, karena desain pikselnya sudah aman dari moire
  • terhindar dari false colour, karena setiap baris piksel punya semua elemen warna RGB
  • tata letak filter warna yang agak acak memberi kesan grain layaknya film
Sepintas kita bisa setuju kalau desain X Trans lebih baik daripada Bayer, namun ada beberapa hal yang masih jadi kendala dari desain X Trans ini, yaitu hampir tidak mungkin Fuji akan memberikan lisensi X Trans ke produsen kamera lain (artinya hanya pemilik kamera Fuji tipe tertentu yang bisa menikmati sensor ini). Kendala lain adalah sulitnya dukungan aplikasi editing untuk bisa membaca file RAW dari sensor X Trans ini.

Sensor Foveon X3


Foveon sementara ini juga ekslusif dikembangakan untuk kamera Sigma tipe tertentu. Dibanding sensor lain yang cuma punya satu lapis filter warna, sensor Foveon punya tiga lapis filter warna yaitu lapisan merah, hijau dan biru. Desain ini persis sama dengan desain emulsi warna pada roll film foto. Hasil foto dari sensor Foveon memberikan warna yang akurat dan cenderung vibrant, bahasa gampangnya seindah warna aslinya. Hal yang wajar karena setiap photo detector di sensor Foveon memang menerima informasi warna yang utuh dan tidak diperlukan lagi proses ‘menebak’ warna seperti sensor Bayer atau X-Trans.

Yang jadi polemik dalam sensor Foveon adalah jumlah piksel aktual. Misalnya ada tiga lapis filter warna yang masing-masing berjumlah 3,4 juta piksel, maka Foveon menyebut sensornya adalah sensor 10,2 MP karena didapat dari 3 lapis filter 3,4 MP. Ini agak rancu karena saat foto yang dihasilkan dari sensor Foveon kita lihat ukuran pikselnya memang hanya 2268 x 1512 piksel atau setara dengan 3,4 MP.
Salah satu kelemahan dari sensor Foveon adalah noise yang sudah terasa mengganggu walau di ISO menengah seperti ISO 800. Tapi seiring peningkatan teknologi pengurang noise maka hal ini tidak akan jadi masalah serius di masa mendatang.

Semoga Bermanfaat


Kamera digital



Kamera digital adalah alat untuk membuat gambar dari obyek untuk selanjutnya dibiaskan melalui lensa pada sensor CCD dan akhir-akhir ini pada sensor BSI-CMOS (Back Side Illuminated) sensor yang lebih irit daya untuk kamera yang lebih canggih yang hasilnya kemudian direkam dalam format digital ke dalam media simpan digital.

Kemudahan dari kamera digital adalah hasil gambar yang dengan cepat diketahui hasilnya secara instan dan kemudahan memindahkan hasil (transfer). Beberapa kamera digital, terutama DSLR dan high-end cameras dilengkapi fasilitas RAW yang dapat ditindaklanjuti di komputer mengunakan perangkat lunak tertentu untuk hasil terbaik, tetapi pada saat ini fasilitas Auto Mode telah menghasilkan gambar yang baik dalam format JPEG.

Komponen kamera digital
Sensor kamera

Sensor kamera adalah sensor penangkap gambar yang dikenal juga sebagai CCD (Charged Coupled Device) dan CMOS (Complementary Metal Oxide Semiconductor) dan yang terbaru BSI-CMOS (Back Side Illumination CMOS) yang terdiri dari jutaan piksel (MP-mega pixel) lebih. Di tahun 2013, hampir semua kamera telah menggunakan BSI-CMOS yang lebih irit daya , tetapi dapat menghasilkan gambar yang lebih baik.

Sensor ini berbentuk chip yang terletak tepat di belakang lensa. Semakin banyak pixel yang ditangkap, semakin memungkinkan pencetakan gambar besar dengan detail gambar yang cukup (dibatasi kapasitas kertas cetak foto yang biasanya 300dpi (dot per inch), sedangkan menggunakan printer dapat dihasilkan dpi yang lebih tinggi). Untuk menghasilkan foto seukuran postcard dengan 300dpi cukup menggunakan kamera 3MP. Kualitas foto sama sekali tidak ditentukan oleh besarnya MP, tetapi oleh kualitas sensor, prosesor kamera dan yang terakhir baru lensa, berbeda dengan kamera film dimana kualitas lensa lebih menentukan. 

Layar LCD
Layar LCD (LCD display) adalah layar pada belakang kamera digital yang bermanfaat untuk melihat setting kamera dan seperti apa bidikan yang akan ditangkap oleh sensor kamera.
Layar LCD juga bisa membantu untuk melihat hasil foto secara instan setelah gambar diambil, sehingga fotografer dapat memutuskan untuk melakukan pengambilan gambar lagi atau tidak.

Media penyimpanan
Tidak semua kamera memiliki memory internal, sehingga harus menggunakan media penyimpanan luar. Media ini dapat berupa compact flash, memory stick, dan sebagainya. Pada umumnya media penyimpanan memiliki kapasitas penyimpanan gambar dalam jumlah besar sesuai dengan kapasitas memori yang dimiliki. Sekarang ini yang banyak dipakai adalah secure digital card.

Jenis kamera digital
Pada dasarnya kamera digital dapat dikategorikan dalam 3 jenis:
  1. Kamera saku digital (digital pocket camera)
  2. Kamera prosumer (digital bridge camera), termasuk Kamera Lepas lensa non-DSLR (Mirrorless Interchangeable Lens Camera - MILC)
  3. Kamera digital SLR (Digital Single Lens Reflect (SLR) Camera)

Kamera digital dapat dibagi menjadi beberapa grup:
Kamera video
  • Kamera video profesional seperti yang digunakan dalam pembuatan acara televisi dan film. Biasanya alat ini memiliki beberapa sensor gambar (satu untuk setiap warna) untuk meningkatkan resolusi dan gamut warna.
  • Camcorder digunakan para amatir. Ini merupakan gabungan antara kamera dan VCR untuk menciptakan unit produksi yang sudah terintegrasi. Mereka biasanya termasuk mikrofon dan LCD kecil.
Kamera diam
Kamera diam digital (bahasa Inggris: digital still camera)adalah kamera yang digunakan untuk menangkap gambar diam. Biasanya golongan ini dibagi lagi menjadi tiga kelompok:
  • Kamera digital kompak atau kamera saku: Ini merupakan kamera digital yang paling umum, dan paling mudah digunakan, karena fungsinya yang serba otomatis, dengan bentuk yang kecil dan mudah dibawa. Rata-rata kamera jenis ini, pada zaman sekarang, juga sudah dilengkapi fitur-fitur seperti kamera SLR atau prosumer, dan sudah bisa digunakan untuk zoom (jarak jauh) maupun makro (jarak dekat).
  • Kamera digital prosumer: Merupakan kamera digital kelas menengah dengan fungsi yang hampir menyerupai SLR, biasanya bentuknya sudah mirip SLR, namun dengan berat lebih ringan dan lebih kecil. Kamera jenis ini, lensanya tidak bisa diganti-ganti sesuai dengan kebutuhan, namun sudah dilengkapi dengan lensa tetap seperti fungsi zoom yang lebih jauh dibanding kamera saku (sampai di atas 10x), foto makro, dll.
  • SLR digital biasanya memiliki sensor sembilan kali lebih besar dari kamera digital standar, dan ditujukan untuk para fotografer profesional dan pehobi serius. Lensa kamera SLR dapat diganti-ganti sesuai keperluan. Biasanya, produsen sudah menawarkan lensa standar (lensa kit), namun berbagai jenis lensa juga dijual secara terpisah, sesuai kebutuhan dan kemampuan finansial. Kamera jenis SLR masih terbagi dari dua jenis, yakni SLR untuk sekedar hobi, atau SLR untuk pemakaian profesional murni yang tentunya kualitas hasil di atas kamera SLR hobi, tentunya tingkat harganya juga berbeda. Untuk kelas kamera SLR sendiri, menurut tingkat kualitas dan harganya juga sangat beragam. Termurah, berkisar 5-6 juta, kemudian puluhan juta, bahkan sampai ratusan juta rupiah seperti kamera merk Hasselblad.
Webcam
  • Webcam adalah kamera digital yang dikoneksikan ke komputer, digunakan untuk telekonferensi video atau tujuan lain. Webcam dapat menangkap gambar video gerak-penuh, dan beberapa model termasuk mikrofon dan kemampuan zoom.
 Sumber : Wikipedia

Selasa, 11 Maret 2014

Kamera video yang kami Pakai


Sony HXR MC-1500p Full HD


Kamera seri HXR Full High Definition (HD)1920×1080 pabrikan sony ini adalah kamera yang memiliki fitur lengkap untuk Sekelas kamera High Definition lainnya.

Memory internal dengan kapasitas 16 gb telah membantu pengguna untuk memudahkan perekaman tanpa bantuan memory card external.

Selain itu kamera ini memiliki fitur untuk perekaman still atau foto dengan kualitas 7.1 MP.

Features Kamera ini adalah sebagai berikut :

·         1920 x 1080 full HD recording

·         Exmorâ„¢ R CMOS sensor

·         32GB internal flash memory

·         Wide angle 29.8mm-357.6mm G-Lens (with hood)

·         12x Optical / 160x Digital Zoom

·         Optical SteadyShot

·         2.7” 230k touch panel

·         External Microphone (stereo mini jack) included


SONY PD 177

Spesifikasi :
Format: Mini DV and DVCAM
Lens: F/1.6-2.4; fl=6 mm to 72 mm; 12x optical zoom; 58mm filter diameter
Image sensor: 3 x 1/3-inch CCD
Gross pixels (per CCD): 380K
Video pixels (per CCD): 340K
Viewfinder: color (180K pixels)
LCD viewscreen: 2.5-inch color (211K pixels)
Focus: auto, manual
Audio: 12-bit (default), 16-bit
Audio Gain: auto, manual
Microphone Input: XLR (x 2), 48V DC phantom power
Headphone Output: 1/8-inch stereo mini
Inputs: FireWire, S-video, composite
Outputs: FireWire, S-video, composite
Edit Interface: FireWire
Additional: wide-angle adapter (0.7x)
Dimensions (w x h x d): 4.9 x 7.1 x 15.9 inches (125 x 180 x 405 mm)
Weight (sans tape and battery): 3.3 lbs. (1.5 kg)

SONY DCR SD 1000E

Spec :
EffectiveSensor Resolution  : 7.1MegaPixels (3072 x 2304, 4:3)
OpticalSensor Size and Type  : 1/4"“Exmor R” CMOS Sensor
MediaFormat  : MemoryStick PRO Duo™ / PRO Duo™ (High Speed) / PRO Duo™ (Mark2) / PRO-HG Duo™ /PRO-HG Duo™ HX
ExtendedZoom  12x, DigitalZoom  160x
Lens/ Filter Diameter  : SonyG Lens / 37mm
LCDScreen Size & Type  :2.7” ClearPhoto LCD (230K dots / Wide 16:9), Touch Panel
MovieRecording on Memory Stick™ (32GB Built-in Flash Memory)
SDVideo Codec : MPEG2-PS
AudioFormat  : DolbyDigital 2ch.
DigitalStorage Media :MemoryStick PRO Duo™ and SD/ SDHC/ SDXC media compatible 
ImageResolution : (3072x 2304, 4:3)
Battery : NP-FV570


PANASONIC MD 10000

Specifications
  • Power Source : Battery pack: 7.2 V, AC adaptor: 7.9 V
  • Power Consumption: : LCD monitor on: 3.3 W,
  • Sensor 3 CCD
  • LCD monitor off: 3.0 W
  • Tape Format : Mini DV (Digital VCR SD format)
  • Recording Time : SP: 80 min. with DVM80,
  • LP: 120 min. with DVM80
Video
  • Recording Format : Digital component
  • Television System : CCIR: 625 lines, 50 fields PAL colour signal
  • Video output : 1.0 Vp-p, 75 ohms (RCA)

SONY HDR CX 230 FULL HD
Spesifcation :
Full HD 60p, 8.9-megapixels, Exmor R CMOS sensor, SteadyShot image stabilization, 29.8mm wide angle Carl Zeiss Vario Tessar Lens dengan 32x Extended Digital Zoom, AVCHD/MP4 recording, dan 2.7-inchi LCD display

SONY HANDYCAM DCR- HC52 MINI DV

Product Highlights
  • 1/6" Advanced HAD CCD Image Sensor
  • Carl Zeiss Vario-Tessar Lens
  • 40x Optical Zoom
  • Res 720 X 576 PAL
  • Super SteadyShot Image Stabilization
  • Color Viewfinder
  • Records to MiniDV